Sholat Jum’at
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas
“Peminatan
MPAI”
Dosen Pengampu: Drs. H. Abdul Manan
Zakaria, MM.
Disusun Oleh :
Moh. Zainusshohihuddin
(932102213)/A
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Kata
Pengantar
Awwalan, rasa syukur
kami haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa, Allah Tabaaroka wa Ta’aala, yang
telah memberikan limpahan ni’mat, rahmat, hidayah dan ‘inayahnya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan tulisan ini tepat waktu.
Kedua kalinya sholawat serta salam tetap kita haturkan kepada
junjungan agung nabiyullah Muhammad SAW, yang karena beliau do’a kami
tersampaikan kehadirat yang Maha Mengijabahi Do’a. sehingga kami dipermudah
dalam pembuatan makalah ini, meskipun secara pribadi dan memang secara basyariyah,
masih banyak kekurangan yang harus dibenahi.
Bil iktifak wal iqtishor, makalah
ini akan menjelaskan pengetahuan seputar solat jum’at, hal ini meliputi
pengertian solat jum’at, hokum melakukan solat jumat, syarat solat jumat ,cara
melakukan solat jumat, syarat dan rukun khutbah, hal yang membatalkan khutbah
serta hikmah melakukan solat jumat.
Makalah ini dapat begitu penting adanya karena pembahasan makalah
ini merupakan salah satu dari pembahasan yang harus disampaikan guru mata
pelajaran pendidikan agama islam, makalah ini terkhususkan untuk membahas bab
solat jumat secara tuntas agar calon guru memiliki bekal yang mumpuni dalam
pengajaran mengenai solat jumat.
Akhirul kalam, mengingat
firman Tuhan bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa, kami harapkan
kontribusi positif atas karya kami, sehingga kedepan dapat mengasah kompetensi
kami dalam hal penulisan karya tulis ataupun dalam kompetensi professional bagi
guru maupun calon guru.
B.
Latar
Belakang
Allah telah menganugerahkan
bermacam-macam keistimewaan dan keutamaan kepada umat ini. Diantara
keistimewaan itu adalah hari Jum’at, adalah:
أخبرنا أبو الحسن بن بشران ، أنا إسماعيل بن محمد الصفار ، نا سعدان بن نصر ، نا
سفيان بن عيينة ، عن الزهري ، عن سعيد بن المسيب ، عن أبي هريرة ، يبلغ به النبي صلى
الله عليه وسلم قال : « إذا كان يوم الجمعة كان على كل باب من أبواب المسجد ملائكة
يكتبون الناس الأول فالأول ، فالمهجر للصلاة كالمهدي بدنة ، ثم الذي يليه كالمهدي بقرة
، ثم الذي يليه كالمهدي كبشا حتى ذكر الدجاجة والبيضة ، فإذا جلس الإمام طووا الصحف
واجتمعوا للخطبة[1]
Oleh
karena begitu besarnya anugerah dan fadilah yang diberikan Allah pada umat
Muhamad pada hari jumat, menjadi penting agar umat islam mempelajari tentang ilmu
seputar solat jumat agar orang islam bisa mendapatkan anugerah-anugerah yang diberikan
Allah pada hari jumat.
C.
Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi dari solat jum’at?
2.
Bagaimana hukum melakukan solat Jumat?
3.
Bagaimana cara melakukan solat jum’at, baik
dari segi syarat maupun rukunnya?
4.
Bagaimana cara melakukan khutbah, baik dari
segi syarat dan rukunnya?
5.
Apa saja kesunahan pada hari jum’at?
6.
Apa saja keutamaan hari jumat?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Solat Jumat
Shalat Jum’at adalah shalat fardhu dua rakaat yang dikerjakan pada waktu
Zhuhur sesudah dua khutbah. Orang yang
telah mengerjakan shalat jum’at, tidak diwajibkan mengerjakah shalat Zhuhur
lagi[2]
B. Hukum Solat Jumat
Shalat Jum’at hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap muslim yang mukallaf,
laki-laki, merdeka, sehat, dan orang muqim, bukan musafir, orang yang tidak ada
udzur serta dikerjakan secara berjama’ah[3]
Solat Jum’at juga wajib bagi musafir atau orang
yang muqim ditempat didirikannya solat jumat, atau ditempat dimana adzan solat
jumat dapat didengar meskipun status orang tersebut tidak menetap didaerah
tersebut[4].
Dan dalam keterangan lain, disebutkan bahwa Imam Syafi’i menghukumi solat
jum’at dengan fardu kifayah, dan banyak ulama’ yang menganggap keliru akan
keterangan tersebut karena sudah masyhurnya hukum fardu ‘ain atas solat jum’at.
Namun, ada Ulama’ yang mengklarifikasi tentang penukilan qoul Imam Syafi’i
tersebut, bahwa ada kemungkinan akan hukum fardu kifayah atas 2 hal, yaitu:
1. Menyengaja untuk menunjukan pemberitahuan tentang solat dan menunjukan adanya
pelaksanaan solat jum’at. Hal ini fardu kifayah bagi ahlu balad, dan
juga orang diluar ahlu balad jika jumlah meraka kurang dari 40 orang.
2. Fardhu kifayah bagi Ahulu Kama[5]l
dan orang yang berada disekitar wilayah Balad dalam melakukan solat Jum’at,
dengan kondisi yang tidak memugkinkan dilaksanakannya solat jum’at, seperti
halnya jumlah yang tidak memadai[6].
Lebih lanjut, dari uraian diatas dapat diketahui bahwa ada golongan yang
tidak dihukumi fardu ain melakukan solat Jum’at, yaitu:
1. Hamba sahaya (budak belian).
2. Perempuan.
3. Anak kecil (yang belum baligh).
4.
Orang sakit yang tidak dapat menghadiri Jumat.
Dalil yang
mendasari:
أَخْبَرَنَا
أَبُو بَكْرٍ : أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَارِثِ الْفَقِيهُ أَخْبَرَنَا
أَبُو مُحَمَّدِ بْنُ حَيَّانَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ مَعْدَانَ
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ أَبِى الْعَنْبَسِ الْكُوفِىُّ
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُورٍ حَدَّثَنَا هُرَيْمُ بْنُ سُفْيَانَ عَنْ
إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْتَشِرِ عَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ
طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ : الْجُمُعَةُ
وَاجِبَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ إِلاَّ عَلَى مَمْلُوكٍ ، أَوِ امْرَأَةٍ ، أَوْ
صَبِىٍّ ، أَوْ مَرِيضٍ.[7]
5. Musafir, yakni orang yang sedang
dalam perjalanan jauh.
6. Orang yang udzur jum’at,
seperi ada bencana alam atau bahaya.
C. Syarat dan Rukun Solat Jumat
1. Syarat Sah Solat Jum’at
a. Diadakan dibalad atau wilayah yang memiliki perbatasan, penduduk dan pemerintahan.
b.
Dilakukan
dengan berjama’ah dengan jumlah minimal 40 orang. Syarat
berjama’ah ini dimulai dari roka’at yang pertama, namun andaikata Adapun orang yang bukan Ahlu
Balad yang memiliki keinginan kembali kewilayahnya meskipun dalam tempo
waktu yang lama (seperti pedagang dan pelajar), maka tidak termasuk ke dalam
hitungan 40 orang.
c.
Dilakukan pada waktu Zhuhur, jika
waktu melakukan solat dan 2 khutbah tidak mencukupi, atau diragukan dalam
kecukupan waktunya, maka wajib solat dzuhur dikarenakan hilangnya persyaratan
dalam hal waktu.
d. Tidak didahului atau bersamaan dengan solat jumat lain dalam satu wilayah. Hal ini karena tidak ditemukan adanya praktek 2 jumat
dalam 1 wilayah ketika zamannya Nabi Muhamad dan Khulafaurrosyidin, namun
persyaratan ini dikecualikan bagi ahlu balad yang terlampau banyak, dan sulit
mengumpulkan kesemuanya dalam 1 tempat. Kebolehan ini terlihat ketika Imam
Syafi’I tidak menanggapi fenomena didirikannya 3 solat jumat dalam 3 tempat di
Ba’dad.
2. Rukun Solat Jum’at.
Secara umum, rukun solat jum’at sama dengan solat maktubah, yang
menjadi berbeda adalah jumlah rokaat solat jum’at, yaitu 2 rokaat, dan niat
solat jum’at. Adapun rukun yang sama dengan solat maktubah secara
ringkas kami sebutkan sebagai berikut:
a. Niat
solat jum’at bersamaan
dengan takbirotul ihrom.
b. Berdiri bagi yang
mampu.
c. Membaca
suratul Fatihah
d. Ruku’
e. I’tidal(bangkit dari ruku’)
f. Sujud
2 kali
g. Duduk
diantara 2 sujud
h. Thumakninah disemua rukun
i. Tasyahud Akhir
j. Membaca solawat
Nabi Muhamad SAW.
k. Salam
yang pertama
l. Tertib[9]
D. Syarat dan Rukun Khutbah Jumat
1. Syarat Khutbah[10]
a.
Yang
berkhutbah harus laki-laki, hal ini diketahui dengan adanya persyaratan untuk
mengeraskan suara pada 40 orang yang
memenuhi kewajiban solat jumat termasuk imam.
b.
Menutup aurat dan suci dari hadas
besar, hadas kecil, dan najis seperti halnya pada syarat solat. Jika khotib berhadas ditengah
khutbah, maka khotib wajib mengawali khutbahnya lagi dari awal. Syarat suci
dari hadas dan menutup aurat hanya diwajibkan bagi khotib, bukan bagi
pendengar.
c.
Badan, pakaian
dan tempat khatib harus suci dari najis..
d.
Berdiri di waktu melakukan khutbah
itu bagi yang berkuasa. Jika tidak mampu berdiri, maka diperbolehkan duduk,
meskipun masih ada orang lain yang bisa menggantikannya. Jika tidak mampu duduk
maka diperbolehkan tidur terlentang, namun, yang lebih utama dari kasus tersebut
adalah dengan digantikan oleh orang lebih mampu.
e.
Duduk antara dua khutbah dengan thumakninah.
Bagi yang melakukan khutbah dengan duduk ataupun tidur terlentang, pemisah
antara 2 khutbah adalah diam minimal dengan rentan waktu lebih lama dari diam untuk
bernafas. Dan disunahkan pemisah antara 2 khubah dengan rentan waktu yang sama
seperti orang membaca surat Al Ikhlas.
f.
Berturut-turut antara kedua khutbah,
rentan waktu pemisah antara 2 khubah tidak boleh melebihi dari lamanya orang
melakukan solat 2 rokaat dengan cepat.
g. Suaranya keras sehingga dapat
didengar oleh paling sedikit 40 orang pengunjung mesjid. Jika khotib merupakan
orang yang memiliki kriteria wajib jum’at, maka tidak disyaratkan untuk bisa mendengarkan khutbahnya,
sehingga dicukupkan orang yang tuli untuk menjadi khotib dengan persyaratan
tersebut, hal ini karena khtotib bisa mengetahui apa yang diucapkannya sendiri.
Adapun materi khutbah tidak disyaratkan untuk bisa difahami oleh jamaah.
h.
Rukun-rukun
khutbah itu harus dengan bahasa Arab, namun jika memang tidak ada yang mampu berbahasa arab, dan tidak
memungkinkan untuk belajar bahasa arab, maka diperbolehkan dengan bahasa yang
lain. Berbeda lagi jika ada kemungkinan untuk mengajarkan bahasa arab, jika semacam itu, maka hukumnya fardu
kifayah bagi ahlu balad untuk belajar bahasa arab.
2. Rukun Khutbah
a. Memuji
Allah pada tiap-tiap permulaan dua khutbah, sekurang-kurangnya membaca
hamdalah.
b. Mengucapkan shalawat
atas Rasulullah SAW dalam kedua khutbah itu, sekurang-kurangnya, وَالصَّلاَةُ
عَلَى الرَّسُوْلِ , artinya “Dan shalawat atas Rasulullah
c. Membaca
syahadatain (dua kalimat syahadat).
d.
Berwasiat dengan
taqwallah, yakni menganjurkan agar taqwa kepada Allah pada tiap-tiap khutbah,
sekurang-kurangnya اتق الله artinya takutlah kamu kepada Allah.
e. Membaca ayat Al-Qur’an
barang seayat di salah satu kedua khutbah itu dan lebih utama di dalam khutbah
yang pertama.
f. Memohonkan ampunan bagi
kaum muslimin dan muslimat.
E. Kesunahan Hari Jum’at[11]
1.
Mandi setelah fajar.
2.
Menyegera berangkat ke tempat pelaksanaan
solat jum’at.
3.
Memakai sorban.
4. Konsentrasi terhadap 2
khutbah.
5. Membaca surat Al Kahfi
6. Memperbanyak Sholawat
Nabi SAW.
7. Memotong
kuku dan kumis.
8. Memakai
pakaian yang terbaik (terutama yang putih).
9. Memakai
wangi-wangian.
F. Fadilah-fadilah Hari Jum’at
1. Allah mengangkat 600.000 muslim yang berdosa dari neraka.
2. Barang siapa yang meninggal pada hari jum’at, maka mendapatkan pahala orang
yang mati syahid dan diringankan dalam menjawab pertanyaan dalam kubur.
3. Malam jum’at lebih utam dari pada malam lailatul qodar, dan malam lailatul
qodar lebih utama dari malam isro’ mi’roj.[12]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Solat Jumat adalah solat 2 rokaat
yang dilakukan pada hari jumat pada waktu zuhur yang dilakukan setelah 2
khutbah. Hukum melakukan solat jumat adalah fardu ain. Syarat solat jumat
adalah: diadakan dibalad atau wilayah yang memiliki
perbatasan, penduduk dan pemerintahan, dilakukan
dengan berjama’ah dengan jumlah minimal 40 orang. dilakukan pada
waktu Zhuhur dan tidak didahului atau bersamaan dengan solat jumat lain dalam satu wilayah, dilakukan setelah 2 khutbah. Adapun rukun
solat sama seperti halnya solat maktubah.
Adapun syarat 2 khutbah adalah yang berkhutbah harus laki-laki. menutup aurat dan suci dari hadas
besar, hadas kecil, dan najis seperti halnya pada syarat solat, badan,
pakaian dan tempat khatib harus suci dari najis, berdiri di waktu melakukan khutbah
itu bagi yang berkuasa, suaranya keras sehingga dapat didengar oleh paling sedikit 40 orang
pengunjung mesjid, rukun-rukun khutbah itu harus dengan bahasa Arab. Lebih
lanjut, dalam melaksanakn khutbah harus sesuai dengan rukun-rukunnya, yaitu: memuji
Allah pada tiap-tiap permulaan dua khutbah, mengucapkan shalawat atas Rasulullah SAW dalam kedua
khutbah itu, membaca syahadatain (dua kalimat syahadat), berwasiat dengan taqwallah, membaca ayat Al-Qur’an, memohonkan ampunan bagi kaum muslimin dan muslimat.
Adapun kesunahan-kesunahan yang ada pada hari
jumat adalah Mandi setelah fajar, menyegera berangkat ke tempat pelaksanaan solat
jum’at, memakai sorban, konsentrasi terhadap 2 khutbah, membaca surat Al Kahfi, memperbanyak Sholawat Nabi SAW, memotong
kuku dan kumis, memakai pakaian yang terbaik (terutama yang putih), memakai
wangi-wangian.
Keutamaan hari Jum’at diantaranya adalah: Allah mengangkat 600.000 muslim yang berdosa
dari neraka. Mati syahid bagi yang meninggal hari jum’at Dan malam jum’at lebih utama dari pada malam lailatul qodar, dan
malam lailatul qodar lebih utama dari malam isro’ mi’roj.
Daftar Pustaka
Al-Mufashil fi Ahkamil Hijrot”Maktabah Syamilah”(CD-ROM:
Maktabah Syailah,”Digital”) 78
Bin Abdul Aziz, Zainudin. Qurrotul’ain. Surabaya:Haramain, 2011.
Nawawi,
Muhamad. Nihayatuzain. Surabaya:Haramain, 2011.
Rifa’I, Moh. Fiqih Islam Lengkap.
Semarang: Toha Putra, 1978.
Sunan Shoghir”Maktabah syamilah” (CD-ROM:Maktabah
Syamilah, “Digital”) 53
[5]
Orang yang memiliki kriteri wajib melakukan solat jum’at
[6] Ali Bin Naif Assyuhud, “Al-Mufashil fi Ahkamil Hijrot"I”, Maktabah Syamilah, Vol. 3(CD-ROM:
Maktabah Syailah,”Digital”) 78
[8] Muhamad Nawawi,Nihayatuzzain.,
137
[9] Ibid., 55
[10] Zainudin Bin Abdul Aziz, Qurrotul’ain (Surabaya:Haramain,
2011) 140
[11] Ibid., 142.
0 komentar:
Posting Komentar