This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 30 November 2012

25 pesan Luqman Al-Hakim...

25 pesan Luqman Al-Hakim...

01 - Hai anakku: ketahuilah, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak manusia yang karam
ke dalamnya. Bila engkau ingin selamat, agar jangan karam, layarilah lautan itu dengan SAMPAN yang bernama
TAKWA, ISInya ialah IMAN dan LAYARnya adalah TAWAKKAL kepada ALLAH.
02 - orang - orang yang sentiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka dirinya akan mendapat
penjagaan dari ALLAH. Orang yang insaf dan sadar setalah menerima nasihat orang lain, dia akan sentiasa
menerima kemulian dari ALLAH juga.
03 - Hai anakku; orang yang merasa dirinya hina dan rendah diri dalam beribadat dan taat kepada ALLAH,
maka dia tawadduk kepada ALLAH, dia akan lebih dekat kepada ALLAH dan selalu berusaha menghindarkan maksiat
kepada ALLAH.
04 - Hai anakku; seandainya ibubapamu marah kepadamu karena kesalahan yang dilakukanmu, maka marahnya
ibubapamu adalah bagaikan baja bagi tanam tanaman.
05 - Jauhkan dirimu dari berhutang, karena sesungguhnya berhutang itu boleh menjadikan dirimu
hina di waktu siang dan gelisah di waktu malam.
06 - Dan selalulah berharap kepada ALLAH tentang sesuatu yang menyebabkan untuk tidak mendurhakai
ALLAH. Takutlah kepada ALLAH dengan sebenar benar takut ( takwa ), tentulah engkau akan terlepas dari
sifat berputus asa dari rahmat ALLAH.
07 - Hai anakku; seorang pendusta akan lekas hilang air mukanya karena tidak dipercayai orang dan seorang
yang telah rusak akhlaknya akan sentiasa banyak melamunkan hal hal yang tidak benar. Ketahuilah,
memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih mudah daripada memberi pengertian kepada orang yang
tidak mahu mengerti.
08 - Hai anakku; engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi yang amat
berat, tetapi akan lebih lagi daripada semua itu, adalah bilamana engkau mempunyai tetangga (jiran) yang
jahat.
09 - Hai anakku; janganlah engkau mengirimkan orang yang bodoh sebagai utusan. Maka bila tidak ada orang
yang cerdik, sebaiknya dirimulah saja yang layak menjadi utusan.
10 - Jauhilah bersifat dusta, sebab dusta itu mudah dilakukan, bagaikan memakan daging burung, padahal
sedikit sahaja berdusta itu telah memberikan akibat yang berbahaya.
11 - Hai anakku; bila engkau mempunyai dua pilihan, takziah orang mati atau hadir majlis perkahwinan,
pilihlah untuk menziarahi orang mati, sebab ianya akan mengingatkanmu kepada kampung akhirat sedang kan
menghadiri pesta perkahwinan hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan duniawi sahaja.
12 - Janganlah engkau makan sampai kenyang yang berlebihan, kerana sesungguhnya makan yang terlalu
kenyang itu adalah lebih baiknya bila makanan itu diberikan kepada anjing sahaja.
13 - Hai anakku; janganlah engkau langsung menelan sahaja karena manisnya barang dan janganlah langsung
memuntahkan saja pahitnya sesuatu barang itu, karena manis belum tentu menimbulkan kesegaran dan pahit itu
belum tentu menimbulkan kesengsaraan.
14 - Makanlah makananmu bersama sama dengan orang orang yang takwa dan musyawarahlah urusanmu dengan
para alim ulamak dengan cara meminta nasihat dari mereka.
15 - Hai anakku; bukanlah satu kebaikan namanya bilamana engkau selalu mencari ilmu tetapi engkau
tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubah bagaikan orang yang mencari kayu bakar, maka setelah
banyak ia tidak mampu memikulnya, padahal ia masih mau menambahkannya.
16 - Hai anakku; bilamana engkau mahu mencari kawan sejati, maka ujilah terlebih dahulu dengan berpura
pura membuat dia marah. Bilamana dalam kemarahan itu dia masih berusaha menginsafkan kamu,maka bolehlah
engkau mengambil dia sebagai kawan. Bila tidak demikian, maka berhati hatilah.
17 - Selalulah baik tuturkata dan halus budibahasamu serta manis wajahmu, dengan demikian engkau akan
disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain yang pernah memberikan barang yang berharga.
18 - Hai anakku; bila engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang yang tidak mengharapkan
sesuatu daripadanya. Namun biarkanlah dia yang mengharapkan sesuatu darimu.
19 - Jadikanlah dirimu dalam segala tingkahlaku sebagai orang yang tidak ingin menerima pujian atau
mengharap sanjungan orang lain kerana itu adalah sifat riya~ yang akan mendatangkan cela pada dirimu
20 - Hai anakku; janganlah engkau condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu disusahkan olah dunia
saja kerana engkau diciptakan ALLAH bukanlah untuk dunia sahaja. Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih
hina daripada orang yang terpedaya dengan dunianya
21 - Hai anakku; usahakanlah agar mulutmu jangan mengeluarkan kata kata yang busuk dan kotor serta
kasar, kerana engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara, usahakanlah agar bicaramu
mendatangkan manfaat bagi orang lain
22 - Hai anakku; janganlah engkau mudah ketawa kalau bukan kerana sesuatu yang menggelikan, janganlah
engkau berjalan tanpa tujuan yang pasti, janganlah engkau bertanya sesuatu yang tidak ada guna bagimu,
janganlah mensia siakan hartamu
23 - Barang sesiapa yang penyayang tentu akan disayangi, sesiapa yang pendiam akan selamat daripada
berkata yang mengandungi racun, dan sesiapa yang tidak dapat menahan lidahnya dari berkata kotor tentu akan
menyesal.
24 - Hai anakku; bergaullah rapat dengan orang yang alim lagi berilmu. Perhatikanlah kata nasihatnya
kerana sesungguhnya sejuklah hati ini mendengarkan nasihatnya, hiduplah hati ini dengan cahaya hikmah
dari mutiara kata katanya bagaikan tanah yang subur lalu disirami air hujan.
25 - Hai anakku; ambillah harta dunia sekadar keperluanmu sahaja, dan nafkahkanlah yang selebihnya
untuk bekalan akhiratmu. Jangan engkau tendang dunia ini ke keranjang atau bakul sampah kerana nanti engkau
akan menjadi pengemis yang membuat beban orang lain. Sebaliknya janganlah engkau peluk dunia ini serta
meneguk habis airnya kerana sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka. Janganlah
engkau bertemankan dengan orang yang bersifat talam dua muka, kelak akan membinasakan dirimu.

Kamis, 22 November 2012

Biografi Singkat KH. Thoha Mu’id

Biografi Singkat KH. Thoha Mu’id

Al-marhum KH. Thoha Mu'id dan al-Marhumah Ibu Nyai Siti Asyiah
Al-marhum KH. Thoha Mu’id dan al-Marhumah Ibu Nyai Siti Asyiah
BIOGRAFI  KH. THOHA MU’ID
(Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ishlah)
Kita tidak bisa dikatakan sebagai orang yang besar, manakala tidak pernah mau tahu tentang sepak terjang, kebesaran jasa serta prestasi yang pernah dicapai oleh para pendahulu kita. Rangkaian jejak rekam sejarah masa silam akan menjadi sesuatu yang krusial bagi generasi era sekarang dan yang akan datang sebagai bahan evaluasi serta pertimbangan dalam  menapak masa depan.
Suatu keharusan bagi kita untuk menelaah sejarah Rasul saw. yang seumur hidupnya didedikasikan untuk kepentingan umat, dengan mengajarkan risalah Islam. Dengan demikian, bukanlah menjadi suatu yang  berlebihan  jika beliau menyandang predikat Uswatun Hasanah (tempatnya suri tauladan yang baik) bagi generasi berikutnya. Untuk selanjutnya kita harus mengambil tauladan dari para ulama sebagai pemegang otoritas, untuk meneruskan visi dan misi kenabian. Dalam sebuah riwayat dikatakan:
ألعلـــــــماء ورثة الأنــبياء
 ”ulama adalah pewaris para nabi
Beliau adalah KH. Thoha Mu’id, atau yang biasa dipanggil dengan  Kyai Thoha, seorang ulama yang telah lama bergelut dengan pahit getirnya irama kehidupan
A.      Keturunan Ulama
وَقُلْ رَبِّ أَنْزِلْنِي مُنْزَلا مُبَارَكًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلِينَ
Dan berdoalah: “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat. Qs. Al-Mukminun(23): 29
KH. Thoha Mu’id di lahirkan pada tangga l4 Agustus 1924.di desa Bandarkidul-Mojoroto-Kota Kediri. Beliau dilahirkan dalam lingkungan dan keluarga yang kental dengan tata kehidupan yang religius. Adalah desa Bandarkidul yang merupakan lingkungan yang dipenuhi dengan gaya kehidupan pesantren, ini menjadikan beliau seorang yang taat terhadap agama.
Pada masa kecil beliau pendidikan agama diperoleh dari sang ayah dan saudara-saudaranya dalam sebuah madrasah yang dikelola oleh Kyai M. Yusuf Mu’id, yang merupakan kakak kandung beliau sendiri.
B.   Kawah Condrodimuko
Masa remaja adalah salah satu fase terpenting dalam kehidupan manusia. Ini merupakan masa-masa pertumbuhan, pencarian, dan pembentukan jati diri yang mendebarkan. Pada saat-saat itu, ada begitu banyak gejolak dan pertanyaan yang bergerak dalam hati dan pikiran yang tak mudah didamaikan. Masa remaja adalah sebuah fase ketika kita tidak bersedia lagi dianggap sebagai anak kecil, namun terlalu naif untuk dapat disebut sebagai orang dewasa. Sosok manusia tanggung yang belum memiliki jati diri yang kokoh.
Dalam fase pertumbuhan dan pencarian semacam itu, setidaknya ada tiga hal penting yang harus dipenuhi agar seorang remaja dapat tumbuh secara sehat, wajar, dan normal. Pertama adalah keberadaan sosok panutan atau seorang hero yang bisa menjadi inspirasi sekaligus motivator. Kedua, lingkungan yang kondusif yang bisa mendukung pengembangan minat dan bakat sekaligus dapat menjalankan fungsi kontrol dan afeksi. Ketiga, teman-teman yang tidak hanya menjadi tempat curahan hati dan bermain-main, namun juga bisa menjadi kawan belajar dan berdiskusi.
  It’s never late to learn (Tak ada istilah terlambat untuk belajar).  Rasulullah Saw telah bersabda :
اطلب العلم من المهد الى اللحد
“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian ibu sampai ke liang lahad.”  Nabi Muhammad Saw telah mencanangkan  Long life education jauh sebelum dunia barat menemukannya.
Perjalanan pendidikan beliau dimulai dari Madrasah Ibtidaiyyah yang diasuh oleh ayahnya sendiri, setelah itu melanjutkan ke  Madrasah Islamiyyah Menengah ( MIM) selama 3 tahun, gedungnya berada di sebelah utara Masjid Agung Kota Kediri yang sekarang menjadi SMP Islam, sekaligus Kampus STITM Kota Kediri. Beliau sempat mengenyam pendidikan ke suatu Madrasah di Blimbing-Lamongan kepada Syekh Adnan  ±  1 tahun, di usianya yang genap 17  tahun beliau memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Mojosari yang kala itu diasuh oleh KH. Zainuddin. Di Pondok Pesantren Mojosari  ini beliau sempat mengenyam pendidikan selama selama 13 tahun (1940-1953). Setelah 8 tahun berjalan, beliau menjadi kepala Pondok Pesantren Mojosari dan merintis berdirinya madrasah di Pondok Pesantren Mojosari atas izin dan restu KH. Zainuddin.
Dalam masa 13 tahun inilah kepribadian beliau mulai terbentuk. Semangat dan ketekunan beliau dalam mempelajari ilmu-ilmu agama membuat teman-teman beliau merasa segan dan menaruh hormat. Sehingga tidaklah mengherankan jika pada saat itu sebagian santri Pondok Pesantren Mojosari, menjadikan beliau sebagai guru ke dua setelah KH. Zainuddin. saat beliau masih berada di Pesantren Mojosari Ibu beliau (Siti Ruqoyyah) memenuhi panggilan untuk menghadap Ilahi Robbi, tepatnya pada hari Ahad Pon tanggal 20 Mei 1951/ 14 Sya’ban 1370 H, pukul 24.00 WIB. Sembilan tahun kemudian,  tepatnya pada hari hari Sabtu Pon tanggal 7 Mei 1960 / 11 Dzulqo’dah 1379 pukul 09.00 WIB, Ayahanda beliau pulang ke hadirat Allah yang Maha Pencipta untuk selama-lamanya. Innalillahi wa Inna Ilaihi Roji’un, semoga semua amal perjuangan dan amalan ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT. Amin Ya Robbal ‘Alamiin. Semangat dan ketekunan serta dedikasi beliau sebagai seorang ulama yang menjadi pewaris nabi telah mendarah daging dalam jiwa dan raga beliau. Sehingga pada usia beliau yang hamper 90 th ini tidak menyurutkan tekad dan semangat dalam tholabul ‘ilmi. Ke istiqomahan beliau dalam mentarbiyyah para santrinya baik secara dhohir dan batin menjadi sebuah bukti atas keteguhan  hati beliau.
 C.      Dari Gotakan Hingga  Pelaminan
وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَى رَبَّهُ رَبِّ لا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ
Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: “Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik. Qs. al-Anbiya’ (21): 89
 Atas restu KH. Zainuddin, beliau menikah dengan Siti Asiyah, seorang santri dari Pondok Pesantren Mojosari asal Kresek-Madiun.  Pernikahan ini  berlangsung saat-saat terakhir beliau berada di Pondok Mojosari, kemudian bertempat tinggal di Pondok Pesantren al-Ishlah.  Dari pernikahannya dengan Nyai Hj. Siti Asyiah  ini  beliau dikaruniai  11 anak  (8 putra dan 3 putri) tercatat mempunyai 37 cucu (2 diantaranya meninggal waktu kecil), dan 5 cicit. (pada saat buku ini ditulis tanggal 25 Agustus 2010)
Ibu Nyai Hj. Siti Asyiah meninggal tepatnya pada tanggal 8 Agustus 2004 M/21 Jumadil Akhir 1425 H. Sepeninggalan Ibu Nyai Hj. Siti Asiyah, KH. Thoha Mu’id menikah dengan Ibu Nyai Thohirotin yang merupakan kakak kandung dari Ibu Nyai Hj. Siti Asiyah, akan tetapi pernikahan ini tidak berlangsung lama. Kemudian, beliau menikah lagi dengan Ibu Nyai Shofro’in dari Pace-Nganjuk.
D.      Dharma Bakti Sejati
Allah berfirman dalam Qs. Al-An’am (6): 161-163
قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ* قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ* لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Katakanlah: “Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).
Setelah KH. Abdul Mu’id,  Kyai Yusuf Mu’id wafat, beliau merupakan sosok yang dianggap mumpuni untuk membawa estafet perjuangan, meneruskan cita-cita ayahanda dan kakak beliau. Ketekunan dan ketelatenan beliau lakukan dalam mendidik para santri dan muridnya. Dedikasi dan semangat beliau dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan tidak hanya terbatas pada pengajian kitab kuning secara sarasehan.  Sebagai seorang pengasuh pesantren beliau adalah sosok yang profesional dan konsisten. Selama tujuh hari dalam sepekan, empat pekan dalam sebulan, dua belas bulan dalam setahun, berjamaah  dalam lima kali waktu shalat bersama  para santri, disamping  mengaji  ba’da maktubah dan mengkoordinir  roan para santri.  Dalam hal ini, beliau tidak hanya menyisihkan waktu, namun memberikan seluruhnya pada para santri. Hampir dalam setiap kegiatan beliau selalu turun langsung – menjadi imam dalam setiap shalat wajib, mengajar di setiap ba’da shalat, menemui tamu, mengorganisasi roan dan dalam setiap aktivitas tersebut beliau selalu melakukan dengan penuh semangat dan totalitas.
وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا
Dan katakanlah: “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong. Qs. al- Isra’ (17): 80
Ketokohan beliau sebagai seorang ulama salaf, tidak hanya dirasakan oleh para santri didalam Pondok Pesantren al-Ishlah.  Bahkan lebih dari sekedar itu,  beliau adalah sosok yang inovatif dan progresif.  Hal itu terbukti dengan gagasan beliau yang brilian. Diantaranya adalah memprakarsai berdirinya Yayasan Jama’ah Haji al-‘Arafah di Jl. Raung No.190  Bandarkidul-Mojoroto-Kota Kediri (dengan mendirikan RSI al-Arafah, Apotik al-Arafah, akan mendirikan pula “Sekolah kebidanan” RSI al-Arafah) Yayasan Iskandari (SDI Bandarkidul, Raudlatul Athfal), Masjid Nurul Iman, Masjid Nurul Islam,  Masjid Nurul Ihsan, Masjid Rohmat (Bandar Rejo), MTs.N I Kota Kediri, Pondok Pesantren dan Madrasah at-Thohiriyah Pinggirsari – Tulungagung, yang diasuh Drs. KH. Kholid Thohiri (alumni), Masjid al-Kautsar Ds. Berbeg- Nganjuk yang diresmikan pada tanggal 27 Romadlon 1429 H (2008) oleh KH. Zubaduzzaman (Gus Bad) yang sekarang dibina oleh Kyai Syakir Billlah (alumni), Pondok Pesantren al-Ikhlas Ngetos-Nganjuk (pemberi nama) yang diasuh oleh KH. M. Ilyas (alumni), Pondok Pesantren Nurul Ishlah Ngronggot-Nganjuk (penggagas) yang diasuh oleh Drs. KH. Sumanan Hidayat.
Pintu Gerbang PP. Al-Ishlah Sebelum di Renovasi
Pintu Gerbang PP. Al-Ishlah Sebelum di Renovasi
E. Perjalan Akhir KH. Thoha Mu’id
Innalillahi wa innaa ilaihi rooji’uun… Hadrotus Syeikh KH Thoha Mu’id, pendiri sekaligus pengasuh pondok Pesantren al-Ishlah Bandarkidul meninggal dunia pada usia 89 tahun pada Rabu Paing, 20 April 2011 / 10 Jumadil Ula 1432 H  pada pukul 13.00 WIB.  Banyak sekali ilmu yang telah diberikan kepada kita semua, berbagai fatwa, wejangan-wejangan yang telah beliau berikan tanpa mengenal lelah. Setiap maghrib dan subuh tanpa mengenal lelah beliau tetap berputar mengelilingi pondok untuk selalu mengingatkan kepada kita semua untuk sholat berjama’ah.
Banyak sekali yang patut kita lestarikan dari ajaran dan pemikiran beliau, mulai dari cara mengajar santri, memimpin pondok pesantren, memikirkan ekonomi, mencari jawaban untuk sebuah solusi, ke istiqomahan beliau dalam berjamaah dan mengaji. Beliau juga merupakan sosok Kyai yang netral tidak terkontaminasi oleh kepentingan apapun. Selama hidupnya Syekhina dikenal sebagai Kyai Kharismatik, dan tidak pernah terpengaruh dengan iming iming kekayaan termasuk kepentingan politik. Kini Kyai sepuh yang banyak jadi panutan masyarakat Kediri itu telah tiada, semoga perjuangannya bermanfaat bagi kepentingan umat. Selamat jalan Syeikhina, terima kasih atas semua ilmu-ilmu yang telah Yai ajarkan kepada kami santri Al-Ishlah dengan penuh kesabaran. Akhir kata hanya do’a yang bisa kami haturkan kepada Yai…..
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ
“Ya Allah! Ampunilah dia berilah rahmat kepadanya selamatkanlah dia maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia, luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya, berilah keluarga yang lebih baik daripada keluarganya, istri yang lebih baik daripada istrinya, dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.”
Lahul Fatihah….
—————–
Ini merupakan cuplikan sejarah Perjalanan hidup Syeikhina KH. Thoha Mu’id, yang pernah ditulis dalam buku memory 56 Tahun Pondok Pesantren Al-Ishlah. Tentunya ini tulisan yang jauh dari Ideal dan masih perlu untuk disempurnakan, baik dari segi redaksi karena memang ketika menyusun keterangan yang diperoleh sangat terbatas. Untuk dapat menuliskan sejarah Beliau secara sempurna tentu sangat membutuhkan sumbangsih dari Bapak/Ibu/Sdr/i Alumni Pondok Pesantren Al-Ishlah, Bandarkidul, Mojoroto Kota Kediri. Apabila kesalahan dalam redaksi / data mohon segera di konfirmasikan


Habib Syeh

habeb syeh



Biografi Al Ustadz Al Habib Sholeh bin Ahmad Al Aydrus


Biografi Al Ustadz Al Habib Sholeh bin Ahmad Al Aydrus
Majlis Ta'lim Wad Da'wah
Beliau adalah Ad Da'i ilallah Al Ustadz Al Habib Sholeh bin Ahmad bin Salim Alaydrus, salah seorang ulama kharismatik yang disegani di Malang. Beliau lahir di Malang pada 21 Juli 1953.

Pendidikan dasarnya diperoleh di Madrasah Ibtidaiyah At-Taraqqie, Malang, yang pada saat itu dikelola pamannya sendiri, Al Ustadz Al Habib Alwi bin Salim Al-Aydrus.
Selesai dari Madrasah Ibtidaiyyah, beliau melanjutkan pendidikan Tsanawiyah di Ponpes Darul Hadits Al-Faqihiyyah Malang. Di pondok pesantren ini, beliau belajar dasar-dasar ilmu hadits langsung dari Al Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfagih yang di kemudian hari menjadi mertuanya.

Selepas dari Pondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah, sekitar tahun 1977, Al Habib Sholeh Bin Ahmad Al Aydrus mendapat tawaran beasiswa dari negeri Yordania dan Libya. Namun putra (alm.) Al Habib Ahmad Bin Salim Al Aydrus ini tidak menerima tawaran beasiswa tadi. Beliau justru memutuskan berangkat ke Makkah Al Mukarramah untuk berguru kepada As Sayyid Muhammad Bin Alawi Al Maliki Al Hasani.

Ihwal dipilihnya Makkah sebagai tempat tholabul 'ilmi (menuntut ilmu) tidak terlepas dari isyarah dari Al Habib Sholeh Bin Muhsin Al Hamid (Tanggul) yang menyuruh Al Habib Sholeh pergi ke Makkah Al Mukarromah. "Tuntutlah ilmu ke Habibmu di Madinah Al Munawarrah," kata Al Habib Sholeh Bin Muhsin Al Hamid kepada beliau yang masih ada ikatan keluarga. Yang dimaksud habib di sini adalah Rasulullah SAW.

Sehari setelah mendapat isyarah dari Al Habib Sholeh Bin Muhsin Al Hamid, beliau diberitahu pamannya bahwa dirinya sudah ditunggu oleh Abuya Al Maliki di Makkah. Akhirnya berangkatlah Al Habib Sholeh meninggalkan Indonesia untuk berguru kepada Al-Imam As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki.

Begitu sampai di Makkah Al Habib Sholeh sangat senang karena bisa bertemu dengan Abuya As Sayyid Muhammad Al Maliki, salah satu ulama Ahlussunnah yang sangat dihormati.

Saat bertemu gurunya itu, Abuya Al Maliki berkata kepada Al Habib Sholeh, "Aku melihat pada diri kamu ada pancaran cahaya ilmu,". Ungkapan Abuya Al Maliki ini merupakan isyarah bahwa Al Habib Sholeh dianggap mampu menerima ilmu yang akan diberikan oleh Abuya Al Maliki sekaligus menjadi penyeru ummat di kemudian hari. Sebab ada riwayat yang menyebutkan bahwa Abuya Al Maliki memiliki kemampuan membaca seseorang. Abuya Al Maliki hanya menerima murid baru berdasarkan isyarah yang beliau peroleh.

Karena tinggal di kediaman Abuya Al Maliki cukup lama, Al Habib Sholeh faham betul kepribadian agung Abuya Al Maliki. Bagi Al Habib Sholeh Abuya Al Maliki adalah guru yang sangat arif. Meskipun Abuya Al Maliki bermadzhab Maliki, kenyataannya Abuya Al Maliki juga faham Madzhab Syafi’i.

Istilah sekarang, Abuya Al Maliki sangat toleran dengan perbedaan. Selain itu, kalau ada murid yang baru datang ke Makkah, Abuya Al Maliki pasti mengajaknya ke makam Rasulullah di Masjid An Nabawi. Juga diajak ke Uhud sekaligus ditunjukkan tempat-tempat di mana Nabi duduk, dan di mana Nabi berdiri. Dengan metode ini, murid pun langsung paham.

Selama 5 tahun dalam gemblengan Abuya Al Maliki, Al Habib Sholeh sudah mengkhatamkan kurang lebih 100 kitab. Rupanya 5 tahun belajar di Abuya Al Maliki masih dianggap kurang oleh Al Habib Sholeh. Akhirnya Al Habib Sholeh menambah lagi masa belajar beliau meski beberapa sahabatnya ada yang sudah kembali ke tanah air untuk berdakwah.

Memantapkan Langkah Dakwah

Setelah menempuh pendidikan di Ribath Al Maliki selama sepuluh tahun, Al Habib Sholeh pulang ke Indonesia tahun 1988. Kemudian beliau menikah dengan putri Al Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfagih. Al Habib Sholeh kemudian mengabdikan ilmunya mengajar di Ponpes Darul Hadits Al Faqihiyyah.

Al Habib Sholeh diwasiati oleh Abuya Al Maliki untuk menjadi penerus dakwah Rasul. "Kuunuu waratsatan nabi shallahhu 'alaihi wasallam," pesan Abuya Al Maliki. Karena itu tidak heran jika pola pengajaran dari sang guru diamalkan betul oleh Al Habib Sholeh melalui model pengajaran yang simpel tapi tepat sasaran.

Saat ini, selain menjadi pengajar di Pondok Pesantren Darul Hadits Malang, beliau juga membuka majelis taklim di rumahnya, Jln. Bareng Kartini Gg. 1 No. 2, Malang yang bernama Majlis Taklim wad Dakwah Lil Ustadz Al Habib Sholeh bin Ahmad Al Aydrus.
Aktivitas beliau memang banyak dicurahkan untuk mengajar. Pada bulan-bulan tertentu, beliau juga menyempatkan diri untuk berdakwah di berbagai daerah baik di nusantara maupun di luar negeri seperti di Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam.

Adapun materi yang disampaikan dalam tiap taklimnya, Al-Habib Sholeh Al Aydrus merujuk kitab-kitab ulama salaf, seperti dalam bab fiqih Minhajut-Thalibin, karya Imam Nawawi, Al Muhadzdzab, karya Imam Asy-Syirazi, Minhajul Qawim, karya Imam Ibnu Hajar Al Haitami. Jam'ul Jawami’, karya Imam As Subki untuk ushul fiqihnya.

Sedang kitab hadits yang beliau ajarkan adalah Shahih Al Bukhari, Al Adzkar an-Nawawiyah. Untuk masalah tauhid, beliau mengajarkan kitab Jauhar at Tauhid. Adapun untuk masalah tasawuf, kitab yang beliau ajarkan ialah kitab Ihya’ Ulumiddin, kitab Bidayatul Hidayah, keduanya karya Imam Al Ghazali, kitab Ar-Risalatul Qusyairiyyah, karangan Imam Al Qusyairi, kitab dan An-Nashaih ad-Diniyyah dan beberapa kitab Al Imam Al Habib Abdullah Al-Haddad.

Pesan Abuya Al Maliki agar menjadi penerus nabi telah terbukti. Al Habib Sholeh telah menjadi tumpuan umat dalam masalah agama dan dakwah. Selain berdakwah lewat taklim, Al Habib Sholeh juga telah mengarang beberapa kitab yang dijadikan acuan dalam mengajar di banyak pondok pesantren. Lebih dari itu beberapa kitab karangan beliau juga dijadikan rujukan dalam belajar mengajar di beberapa negara seperti Makkah, Madinah, Mesir dan Yaman.

Kitab-kitab Susunan Al Habib Sholeh bin Ahmad Al-Aydrus,

Dalam Bab Hadits : Lafthul Intibahat Fiima Hadzaral Ulama Minat Ta'lifaat, Tuhfatul Akhyaar Fii takhriji maa fii an Nashaih Minal Akhbar, Faidhul 'Allam Fii syarhi Arba’in Haditsan fis Salaam, Syarh At Targhiib Wat Tarhiib (dua juz)

Dalam Bab Fiqih : Assyaafiyah Fii Istilaahatil Fuqoha Asy Syafi'iyyah (dua juz), Is'aaful Muhtaj Fii Syarhil qiilaat Al Murojjahah Fiil Minhaaj, Irsyadul Haair ilaa ad'iyah wa aadabil Hajji Wal Musaafir Waz Zaair (Buku Panduan Adab dan Doa untuk Haji, Umrah dan Musafir)

Bab Tasawwuf: Al Mawaahibul Jaliyyah Fii Mukaatabaati Ahli Maqamatil Aliyyah, An Nashrul Faaih Fii Tartiibil Fawaatih

Bab Tsaqofah Islamiyyah: Al Faidhul Ilmiyyah Wal Fakahaatul Adabiyyah, I'laamul Bararah Bi Mabadi’ al ‘Asyarah, Fakkul Mughlaqat Fii bayanii al-Muradaat Mina Alqaab wa Asmaail Kutub al Muthlaqat.

Bab Tarikh : Minhaatul Ilaahil Ghaniy Fii Ba'dhi Manaaqibi Al Imam Alawy bin Abbas Al Maliki Al-Hasani, Lawaami'un Nur As Sani Fii Tarjamah Syaikhina Al Imam Muhammad bin Alwi Al Maliki Al- Hasani, Ghayatul Amani fi ba'dhi manaqibi Al Habib Al Imam As Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani.

Bab Sastra : Al Lughotul Arobiyyah Lughotul Qur'an, Al Injaaz Fii Amtsalat ahli Hijaaz, Nailul Arab Bii Muqaddimatil Khutab

Bab Nahwu : Alghaz An Nahwiyyah

BIOGRAFI HABIB SYECH

BIOGRAFI HABIB SYECH


HABIB-SYECH-FOTO
HABIB SYECH
Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf adalah salah satu putra dari 16 bersaudara putra-putri Alm.
Al-Habib Abdulkadir bin Abdurrahman Assegaf ( tokoh alim dan imam Masjid Jami’ Asegaf di Pasar Kliwon Solo), berawal dari pendidikan yang diberikan oleh guru besarnya yang sekaligus ayah handa tercinta, Habib Syech mendalami ajaran agama dan Ahlaq leluhurnya.
Berlanjut sambung pendidikan tersebut oleh paman beliau Alm. Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf yang datang dari Hadramaout.
Habib Syech juga mendapat pendidikan, dukungan penuh dan perhatian dari Alm. Al-Imam, Al-Arifbillah, Al-Habib Muhammad Anis bin Alwiy Al-Habsyi (Imam Masjid Riyadh dan pemegang magom Al-Habsyi). Berkat segala bimbingan, nasehat, serta kesabaranya, Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf menapaki hari untuk senantiasa melakukan syiar cinta Rosul yang diawali dari Kota Solo.
Waktu demi waktu berjalan mengiringi syiar cinta Rosulnya, tanpa disadari banyak umat yang tertarik dan mengikuti majelisnya, hingga saat ini telah ada ribuan jama’ah yang tergabung dalam Ahbabul Musthofa. Mereka mengikuti dan mendalami tetang pentingnya Cinta kepada Rosul SAW dalam kehidupan ini.
Ahbabul Musthofa, adalah salah satu dari beberapa majelis yang ada untuk mempermudah umat dalam memahami dan mentauladani Rosul SAW, berdiri sekitar Tahun 1998 di kota Solo, tepatnya Kampung Mertodranan, berawal dari majelis Rotibul Haddad dan Burdah serta maulid Simthut Duror Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf memulai langkahnya untuk mengajak ummat dan dirinya dalam membesarkan rasa cinta kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW .
Sampai sekarang, Habib Syech masih melantunkan syair-syair indah nan menggetarkan hati Sholawat Shimthud Durror di berbagai tempat, untuk di Jogja setiap malam Jumat Pahing di IAIN SUKA, Timoho.
Sholawat rutin :
setiap hari Rabu Malam dan Sabtu Malam Ba’da Isyak di Kediaman Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf .
Pengajian Rutin Selapanan Ahbabul Musthofa
- Purwodadi ( Malam Sabtu Kliwon ) di Masjid Agung Baitul Makmur Purwodadi.
- Kudus ( Malam Rabu Pahing ) di Halaman Masjid Agung Kudus.
- Jepara ( Malam Sabtu Legi ) di Halaman Masjid Agung Jepara .
- Sragen ( Malam Minggu Pahing ) di Masjid Assakinah, Puro Asri, Sragen.
- Jogja ( Malam Jum’at Pahing ) di Halaman PP. Minhajuttamyiz, Timoho, di belakang Kampus IAIN.
- Solo ( Malam Minggu Legi ) di Halaman Mesjid Agung Surakarta.
Jangan hanya main band meniru dan mengidolakan gaya orang-orang kafir, tapi Nabi sendiri tidak pernah ditiru dan dipuji puji! Sudah saatnya bersholawat, menjunjung, memuji dan meniru Nabi Muhammad SAW agar memperoleh syafaatnya dan beliau mengakui kita sebagai umatnya, karena percuma saja kita yg mengaku ngaku umatnya, tapi tidak pernah bersholawat. ( BIOGRAFI HABIB SYECH )