Kamis, 22 November 2012

Biografi Singkat KH. Thoha Mu’id

Biografi Singkat KH. Thoha Mu’id

Al-marhum KH. Thoha Mu'id dan al-Marhumah Ibu Nyai Siti Asyiah
Al-marhum KH. Thoha Mu’id dan al-Marhumah Ibu Nyai Siti Asyiah
BIOGRAFI  KH. THOHA MU’ID
(Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ishlah)
Kita tidak bisa dikatakan sebagai orang yang besar, manakala tidak pernah mau tahu tentang sepak terjang, kebesaran jasa serta prestasi yang pernah dicapai oleh para pendahulu kita. Rangkaian jejak rekam sejarah masa silam akan menjadi sesuatu yang krusial bagi generasi era sekarang dan yang akan datang sebagai bahan evaluasi serta pertimbangan dalam  menapak masa depan.
Suatu keharusan bagi kita untuk menelaah sejarah Rasul saw. yang seumur hidupnya didedikasikan untuk kepentingan umat, dengan mengajarkan risalah Islam. Dengan demikian, bukanlah menjadi suatu yang  berlebihan  jika beliau menyandang predikat Uswatun Hasanah (tempatnya suri tauladan yang baik) bagi generasi berikutnya. Untuk selanjutnya kita harus mengambil tauladan dari para ulama sebagai pemegang otoritas, untuk meneruskan visi dan misi kenabian. Dalam sebuah riwayat dikatakan:
ألعلـــــــماء ورثة الأنــبياء
 ”ulama adalah pewaris para nabi
Beliau adalah KH. Thoha Mu’id, atau yang biasa dipanggil dengan  Kyai Thoha, seorang ulama yang telah lama bergelut dengan pahit getirnya irama kehidupan
A.      Keturunan Ulama
وَقُلْ رَبِّ أَنْزِلْنِي مُنْزَلا مُبَارَكًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلِينَ
Dan berdoalah: “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat. Qs. Al-Mukminun(23): 29
KH. Thoha Mu’id di lahirkan pada tangga l4 Agustus 1924.di desa Bandarkidul-Mojoroto-Kota Kediri. Beliau dilahirkan dalam lingkungan dan keluarga yang kental dengan tata kehidupan yang religius. Adalah desa Bandarkidul yang merupakan lingkungan yang dipenuhi dengan gaya kehidupan pesantren, ini menjadikan beliau seorang yang taat terhadap agama.
Pada masa kecil beliau pendidikan agama diperoleh dari sang ayah dan saudara-saudaranya dalam sebuah madrasah yang dikelola oleh Kyai M. Yusuf Mu’id, yang merupakan kakak kandung beliau sendiri.
B.   Kawah Condrodimuko
Masa remaja adalah salah satu fase terpenting dalam kehidupan manusia. Ini merupakan masa-masa pertumbuhan, pencarian, dan pembentukan jati diri yang mendebarkan. Pada saat-saat itu, ada begitu banyak gejolak dan pertanyaan yang bergerak dalam hati dan pikiran yang tak mudah didamaikan. Masa remaja adalah sebuah fase ketika kita tidak bersedia lagi dianggap sebagai anak kecil, namun terlalu naif untuk dapat disebut sebagai orang dewasa. Sosok manusia tanggung yang belum memiliki jati diri yang kokoh.
Dalam fase pertumbuhan dan pencarian semacam itu, setidaknya ada tiga hal penting yang harus dipenuhi agar seorang remaja dapat tumbuh secara sehat, wajar, dan normal. Pertama adalah keberadaan sosok panutan atau seorang hero yang bisa menjadi inspirasi sekaligus motivator. Kedua, lingkungan yang kondusif yang bisa mendukung pengembangan minat dan bakat sekaligus dapat menjalankan fungsi kontrol dan afeksi. Ketiga, teman-teman yang tidak hanya menjadi tempat curahan hati dan bermain-main, namun juga bisa menjadi kawan belajar dan berdiskusi.
  It’s never late to learn (Tak ada istilah terlambat untuk belajar).  Rasulullah Saw telah bersabda :
اطلب العلم من المهد الى اللحد
“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian ibu sampai ke liang lahad.”  Nabi Muhammad Saw telah mencanangkan  Long life education jauh sebelum dunia barat menemukannya.
Perjalanan pendidikan beliau dimulai dari Madrasah Ibtidaiyyah yang diasuh oleh ayahnya sendiri, setelah itu melanjutkan ke  Madrasah Islamiyyah Menengah ( MIM) selama 3 tahun, gedungnya berada di sebelah utara Masjid Agung Kota Kediri yang sekarang menjadi SMP Islam, sekaligus Kampus STITM Kota Kediri. Beliau sempat mengenyam pendidikan ke suatu Madrasah di Blimbing-Lamongan kepada Syekh Adnan  ±  1 tahun, di usianya yang genap 17  tahun beliau memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Mojosari yang kala itu diasuh oleh KH. Zainuddin. Di Pondok Pesantren Mojosari  ini beliau sempat mengenyam pendidikan selama selama 13 tahun (1940-1953). Setelah 8 tahun berjalan, beliau menjadi kepala Pondok Pesantren Mojosari dan merintis berdirinya madrasah di Pondok Pesantren Mojosari atas izin dan restu KH. Zainuddin.
Dalam masa 13 tahun inilah kepribadian beliau mulai terbentuk. Semangat dan ketekunan beliau dalam mempelajari ilmu-ilmu agama membuat teman-teman beliau merasa segan dan menaruh hormat. Sehingga tidaklah mengherankan jika pada saat itu sebagian santri Pondok Pesantren Mojosari, menjadikan beliau sebagai guru ke dua setelah KH. Zainuddin. saat beliau masih berada di Pesantren Mojosari Ibu beliau (Siti Ruqoyyah) memenuhi panggilan untuk menghadap Ilahi Robbi, tepatnya pada hari Ahad Pon tanggal 20 Mei 1951/ 14 Sya’ban 1370 H, pukul 24.00 WIB. Sembilan tahun kemudian,  tepatnya pada hari hari Sabtu Pon tanggal 7 Mei 1960 / 11 Dzulqo’dah 1379 pukul 09.00 WIB, Ayahanda beliau pulang ke hadirat Allah yang Maha Pencipta untuk selama-lamanya. Innalillahi wa Inna Ilaihi Roji’un, semoga semua amal perjuangan dan amalan ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT. Amin Ya Robbal ‘Alamiin. Semangat dan ketekunan serta dedikasi beliau sebagai seorang ulama yang menjadi pewaris nabi telah mendarah daging dalam jiwa dan raga beliau. Sehingga pada usia beliau yang hamper 90 th ini tidak menyurutkan tekad dan semangat dalam tholabul ‘ilmi. Ke istiqomahan beliau dalam mentarbiyyah para santrinya baik secara dhohir dan batin menjadi sebuah bukti atas keteguhan  hati beliau.
 C.      Dari Gotakan Hingga  Pelaminan
وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَى رَبَّهُ رَبِّ لا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ
Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: “Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik. Qs. al-Anbiya’ (21): 89
 Atas restu KH. Zainuddin, beliau menikah dengan Siti Asiyah, seorang santri dari Pondok Pesantren Mojosari asal Kresek-Madiun.  Pernikahan ini  berlangsung saat-saat terakhir beliau berada di Pondok Mojosari, kemudian bertempat tinggal di Pondok Pesantren al-Ishlah.  Dari pernikahannya dengan Nyai Hj. Siti Asyiah  ini  beliau dikaruniai  11 anak  (8 putra dan 3 putri) tercatat mempunyai 37 cucu (2 diantaranya meninggal waktu kecil), dan 5 cicit. (pada saat buku ini ditulis tanggal 25 Agustus 2010)
Ibu Nyai Hj. Siti Asyiah meninggal tepatnya pada tanggal 8 Agustus 2004 M/21 Jumadil Akhir 1425 H. Sepeninggalan Ibu Nyai Hj. Siti Asiyah, KH. Thoha Mu’id menikah dengan Ibu Nyai Thohirotin yang merupakan kakak kandung dari Ibu Nyai Hj. Siti Asiyah, akan tetapi pernikahan ini tidak berlangsung lama. Kemudian, beliau menikah lagi dengan Ibu Nyai Shofro’in dari Pace-Nganjuk.
D.      Dharma Bakti Sejati
Allah berfirman dalam Qs. Al-An’am (6): 161-163
قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ* قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ* لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Katakanlah: “Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).
Setelah KH. Abdul Mu’id,  Kyai Yusuf Mu’id wafat, beliau merupakan sosok yang dianggap mumpuni untuk membawa estafet perjuangan, meneruskan cita-cita ayahanda dan kakak beliau. Ketekunan dan ketelatenan beliau lakukan dalam mendidik para santri dan muridnya. Dedikasi dan semangat beliau dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan tidak hanya terbatas pada pengajian kitab kuning secara sarasehan.  Sebagai seorang pengasuh pesantren beliau adalah sosok yang profesional dan konsisten. Selama tujuh hari dalam sepekan, empat pekan dalam sebulan, dua belas bulan dalam setahun, berjamaah  dalam lima kali waktu shalat bersama  para santri, disamping  mengaji  ba’da maktubah dan mengkoordinir  roan para santri.  Dalam hal ini, beliau tidak hanya menyisihkan waktu, namun memberikan seluruhnya pada para santri. Hampir dalam setiap kegiatan beliau selalu turun langsung – menjadi imam dalam setiap shalat wajib, mengajar di setiap ba’da shalat, menemui tamu, mengorganisasi roan dan dalam setiap aktivitas tersebut beliau selalu melakukan dengan penuh semangat dan totalitas.
وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا
Dan katakanlah: “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong. Qs. al- Isra’ (17): 80
Ketokohan beliau sebagai seorang ulama salaf, tidak hanya dirasakan oleh para santri didalam Pondok Pesantren al-Ishlah.  Bahkan lebih dari sekedar itu,  beliau adalah sosok yang inovatif dan progresif.  Hal itu terbukti dengan gagasan beliau yang brilian. Diantaranya adalah memprakarsai berdirinya Yayasan Jama’ah Haji al-‘Arafah di Jl. Raung No.190  Bandarkidul-Mojoroto-Kota Kediri (dengan mendirikan RSI al-Arafah, Apotik al-Arafah, akan mendirikan pula “Sekolah kebidanan” RSI al-Arafah) Yayasan Iskandari (SDI Bandarkidul, Raudlatul Athfal), Masjid Nurul Iman, Masjid Nurul Islam,  Masjid Nurul Ihsan, Masjid Rohmat (Bandar Rejo), MTs.N I Kota Kediri, Pondok Pesantren dan Madrasah at-Thohiriyah Pinggirsari – Tulungagung, yang diasuh Drs. KH. Kholid Thohiri (alumni), Masjid al-Kautsar Ds. Berbeg- Nganjuk yang diresmikan pada tanggal 27 Romadlon 1429 H (2008) oleh KH. Zubaduzzaman (Gus Bad) yang sekarang dibina oleh Kyai Syakir Billlah (alumni), Pondok Pesantren al-Ikhlas Ngetos-Nganjuk (pemberi nama) yang diasuh oleh KH. M. Ilyas (alumni), Pondok Pesantren Nurul Ishlah Ngronggot-Nganjuk (penggagas) yang diasuh oleh Drs. KH. Sumanan Hidayat.
Pintu Gerbang PP. Al-Ishlah Sebelum di Renovasi
Pintu Gerbang PP. Al-Ishlah Sebelum di Renovasi
E. Perjalan Akhir KH. Thoha Mu’id
Innalillahi wa innaa ilaihi rooji’uun… Hadrotus Syeikh KH Thoha Mu’id, pendiri sekaligus pengasuh pondok Pesantren al-Ishlah Bandarkidul meninggal dunia pada usia 89 tahun pada Rabu Paing, 20 April 2011 / 10 Jumadil Ula 1432 H  pada pukul 13.00 WIB.  Banyak sekali ilmu yang telah diberikan kepada kita semua, berbagai fatwa, wejangan-wejangan yang telah beliau berikan tanpa mengenal lelah. Setiap maghrib dan subuh tanpa mengenal lelah beliau tetap berputar mengelilingi pondok untuk selalu mengingatkan kepada kita semua untuk sholat berjama’ah.
Banyak sekali yang patut kita lestarikan dari ajaran dan pemikiran beliau, mulai dari cara mengajar santri, memimpin pondok pesantren, memikirkan ekonomi, mencari jawaban untuk sebuah solusi, ke istiqomahan beliau dalam berjamaah dan mengaji. Beliau juga merupakan sosok Kyai yang netral tidak terkontaminasi oleh kepentingan apapun. Selama hidupnya Syekhina dikenal sebagai Kyai Kharismatik, dan tidak pernah terpengaruh dengan iming iming kekayaan termasuk kepentingan politik. Kini Kyai sepuh yang banyak jadi panutan masyarakat Kediri itu telah tiada, semoga perjuangannya bermanfaat bagi kepentingan umat. Selamat jalan Syeikhina, terima kasih atas semua ilmu-ilmu yang telah Yai ajarkan kepada kami santri Al-Ishlah dengan penuh kesabaran. Akhir kata hanya do’a yang bisa kami haturkan kepada Yai…..
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ
“Ya Allah! Ampunilah dia berilah rahmat kepadanya selamatkanlah dia maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia, luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya, berilah keluarga yang lebih baik daripada keluarganya, istri yang lebih baik daripada istrinya, dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.”
Lahul Fatihah….
—————–
Ini merupakan cuplikan sejarah Perjalanan hidup Syeikhina KH. Thoha Mu’id, yang pernah ditulis dalam buku memory 56 Tahun Pondok Pesantren Al-Ishlah. Tentunya ini tulisan yang jauh dari Ideal dan masih perlu untuk disempurnakan, baik dari segi redaksi karena memang ketika menyusun keterangan yang diperoleh sangat terbatas. Untuk dapat menuliskan sejarah Beliau secara sempurna tentu sangat membutuhkan sumbangsih dari Bapak/Ibu/Sdr/i Alumni Pondok Pesantren Al-Ishlah, Bandarkidul, Mojoroto Kota Kediri. Apabila kesalahan dalam redaksi / data mohon segera di konfirmasikan


0 komentar:

Posting Komentar