MACAM-MACAM PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah
“Metodologi Studi Islam”
Dosen Pengampu:
DR. Mohamad Arif, MA.
Disusun Oleh :
Moh. Zainusshohihuddin
93102213
JURUSAN TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertama, puja puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat serta hidayahnya sehingga makalah yang berjudul “Macam-Macam Pendekatan Studi Islam” dapat selesai tepat waktu demi memenuhi tugas dari Bapak DR. Mohamad Arif, MA.
Tak lupa solawat serta salam tetap kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW. Yang kita harapkan syafaatnya di hari kiamat nanti.
Dalam memahami agama khususnya agama islam, seseorang butuh jalan dalam memahaminya, seperti halnya orang yang mau menyeberang yang membutuhkan jembatan, hal ini dilakukan agar memudahkan seseorang menelaah esensi dari agama itu sendiri. Dan dalam makalah ini akan diungkap mengenai cara-cara memahami suatu agama.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pendekatan dalam mempelajari agama islam?
2. Sebutkan macam-macam pendekatan dalam studi islam?
3. Jelaskan masing-masing cara dalam pendekatan studi islam?
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diungkap beragai pendekatan dalam memahami agama dintaranya pedekatan sosiologis, historis, antropologis, teologis normatif, filosofis, kebudayaan, psikologis, semantik. Hal ini perlu dilakukan, agar melalui pendekatan tersebut kehadiran agaa secara fungsional dapat dirasakan oleh penganutnya. Sebaliknya, tanpa mengetahuiberbagai pendekaan tersebut, tidakmustahil agama sulit dirasaan masyarakat dan tidak fungsional. Akhirnya, masyarakat mencari pemecahanmasalah selain pada agama dan hal ini tidakboleh terjadi, karena dapat mengurangi budya moral yang dapat diperole melalui agama.
Agar lebih jelas, pendekatan-pendekatan tersebut dikemukakan sebagai berikut:
A. Pendekatan sosiologis
Sosiolagais dapat digunakan dalam salah satu pendekatan agama. Karena banyak kajian agama baru bias dipahami secara proporsional dan tepat bila menggunakan pendekatan sosiologis. Sebagai contoh, untuk memahami mengapa Nabi Musa dalam menjalankan tugasnya dibantuoleh Nabi Harun dan Nabi Yusuf yang sebagai budak bias menjadi seorang penguasa.
Pendekatan sosiologis dapat diartikan sebagaimana pedekatan agama melalui ilmu-ilmu social,karena di dalam agama banyak timbul masalah-masalah sosial. Dalam Al-Quran misalnya, banyak kita jumpai masalah-masalah yanga beerkenaan dengan hubungan manusia, sebab-sebab terjadinya kemakmuran suatu bangsa, dan sebab-sebab terjadinya kesengsaraan.
B. Pendekatan Historis.
Pendekatan historis adalah pendekatan agama melalui ilmu sejarah. Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Mealui pendekatan ini, seseorang diajak menuik dari alam idialis menuju alam empiris dan mendunia.
Pendekatan historis tergantung pada 2 macam data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari sumber primer, yaitu si peneliti atausi penulis secara langsung melakukan observasi atu menyaksikan kejadian yang dituliskannya. Sedangkan data sekunder, diperoleh melalui data sekunder, yaitu peneliti melakukan peneitian dari hasil observasi orang lain yang satu kali (atau lebih) telah lepas dari kejadian aslinya. Diantara kedua sumber tersebut sumber primer dipandang memiliki otoritas sebagai bentuk tangan pertama dan diberi prioritas dalam pengumpulan data walaupun pendekatan historis mirip dengan penelaahan kepustakaan yag mendahului bentuk-bentuk rancangan lain, namun pendekatan historis lebih tuntas mencari informasi dari sumbe yang lebih luas.
C. Pendekatan antropologis
Pendekatan antropologis dalam memahami agama, dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan, serta memberikan jawabannya. Dengan kata lain. Cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah , dapat pula digunakan untuk memahami agama.
Menurut Amin Abdullah, pendekatan antropologis terhadap agama menyerupai pendekatan dalam wilayah applied saintes . Melalui pendekatan antropologis, kita dapat melihat agama dalam agama dalam hubungannya dengan mekanisme pengoranisasian. Melalui pendekatan antropologis fenomenologis. Kita juga dapat melihat hubungan agama dengan Negara. Topik ini tidak pernah kering dikupas oleh para peneliti, karena selalu menarik melihat fenomena agama dengan Negara seperti di Vatikan.
Antropologi dalam hal ini lebih mengutamakan pengamaa langsung, bahkan sifatnya partisipatif. Dari sini timbul kesimpulan yang sifatnya induktif, dan grounded yaitu turun kelapangan tanpa berpijak pada(atau setidaknya degan upaya membebaskan diri dari kungkungan)teori-teori formal yang pada dasarnya sangat abstrak. Hal itu, seperti yang dilakukan dalam bidag sosiologi dan lebih-lebih ekonomi yangmempergunakan model-model matematis. Pendekatan ini merupakan reaksi dari empirisme radikalkarena pendekatan ini bertolak dari niat untu berusaha memahami masyarakat yang menjadiobjek penelitian. Bahkan dalam penelitian partisipatif, masyarakat yang mulanya menjadi objek, diikutsertakan menjadi subjek yang berusaha memahami diri sendiri danmemberi penjelasan yang lebih baik kepada peniliti luar .
D. Pendekatan Teologis Normatif
Pendekatan teologis normative dalam memahami agama, pendekatan yang menekankan pada bentuk formal atau simbol-simbol keagamaan, yang masing-masing mengklaim dirinya paling benar, sedangkan yang lain adalah salah. Aliran ini begitu yakin dan fanatic terhadap pahamnya, sehingga memandang paham orang lain itu kliru, sesat, kafir, murtad, dan seterusnya. Sebenarnya, pendekatan teologis tidak dapat memecahkan masalah esensial pluralitas agama saat ini, sebab doktrin teologis sebenarnya tidak pernah berdiri sendiri. Atau, lepas dari jaringan institusi atau lembaga social kemasyarakatan yang mendukung keberadaannya. Kepentingan ekonomi , social, politik, , dan pertahanan selalu menyertai pemikiran teologis yang sudah mengelompok dan mengkristal dalam suatu komunitas masyarakat tertentu.
Salah satu cirri pendekatan teologis dalam memahami agama adalah menggunakan cara berfikir deduktif. Yaitu, cara berfikir yang berawal dari keyakinan yang diyakini benar dan mutlak adanya, karena ajaran yang berasal dari tuhan sudah pasti benar . Sehingga, tidak perlu dipertanyakan kembali, melainkan dimulai dari keyakinan yang selanjutnya diperkuat dalil-dalil argumentasi. Pendekatan teologis tersebut menunjukan adanya kekurangan yang bersifat ekslusif dogmatif, yaitu tidak mau mengakui kebenaran agama lain. Namun, kekurangan tersebut dapat diatasi dengan cara melengkapi dengan pendekatan sosiologi.
Melalui pendekatan teologis normative ini,seseorang dapat memiliki sifat militant dalam beragama. Yakni, berpegang teguh pada agama yang diyakininya sebagai kebenaran tanpa memandang dan meremehkan agama lainnya. Pendekatan teologis ini erat kaitannya dengan pendekatan normative, yaitu suatu pendekatan yang memandang agama dari segi ajarannya yang pokok dan asli dari tuhan yang didalamnya belum ada penalaran manusia. Dalam pendekatan teologis ini agama dilihat sebagai suatu kebenaran yang mutlak dari Tuhan tidak ada kekurangan sedikitpun dan tampak bersifat ideal.
E. Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis dapat dikatan upaya pendekatan agama melalui ilmu filsafat. Berfikir secara filosofis, dapat digunakan dalam memahami ajaran agama agar hikmah hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan difahami secara seksama. Pendekatan filosofis yang demikian sudah banyak dilakukan banyak oleh para ahli. Contohnya berupa ungkapan hikmah yang terdapat di balik ajaran-ajaran islam, misalnya ajaran solat dan puasa. Dengan melakukan puasa dapat menimbulkan rasa iba pada sesamanya yang kekurangan.
F. Pendekatan Kebudayaan.
Pendekatan kebudayaan dapat diartikan pendekatan melalui budaya seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat misalnya cara berpakaian saat resepsi pernikahan, kehidupan sehari-sehari, pergaulan antara pria dan wanita dan upacara-upacara keagamaan. Pendekatan ini dapat digunakan untuk memahami agama yang terdapat dalam tataran empiric atau agam yang tampak dalam bentuk formal yang mengejala dimasyarakat. Pengalaman agama yang terdapat dimasyarakat tersebut diproses oleh penganutnya dari sumber agama yaitu wahyu melalui penalaran. Misalnya mempelajari wudhu dari praktek orang lain setelah membaca kitap fikih yang merupakan hasil dari pengembangan Al Quran dan Hadis.
G. Pendekatan Psikologis
Islam banyak mengajarkan kepada penganutnya mengenai hal-hal yang berkaitan dngan kemanusiaan. Contohnya Islam mengajarkan siolat 5 waktu dilaksanakan secara berjamaah, islam menganjurkan shodaqoh, zakat dan infak, saling tolong menolong antar manusia, memberi nasihat antar sesame dengan baik dan melarang berbuat buruk pula dalam kehidupan sehari-hari dan masih banyak lagi lainnya.
Ajaran-ajaran islam (sebagaimana tersebut diatas), dimaksutkan untuk membentuk umat yang beriman, beramal saleh atau membentuk manusia yang muttaqin dengan indikasi melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Perilaku orang muttaqin tersebut, tercermin dalam kehidupan sehari-hari sebagai konteks pelaksanaan agama islam.
Berdasarkan hal diatas, pendekatan psikologis dapat diartikan sebagai pendekatan agama melalui perilaku yang tampak secara lahiriah, karena dipengarui oleh keyakinan yang dianutnya. Misalnya kita dapat mengetahui pengaruh dari solat, puasa, zakat, haji dan ibadh lainnya.
H. Pendekatan Semantik
Semantik dalam bahasa Yunani adalah semantikos yang berarti memberikan tanda.Berasal dari akar kata sema yang berarti tanda.Semantik menurut Toshihiko Izutsu adalah kajian analitik terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa dengan suatu pandangan yang akhirnya sampai pada pengertian konseptual weltan schaung (pandangan dunia) masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, tidak hanya sebagai alat bicara dan berfikir,akan tetapi yang lebih penting lagi adalah pengkonsepan dan penafsiran dunia yang melingkupinya.
Dalam bahasa ada banyak kosakata yang memiliki sinonim terlebih dalam bahasa Arab.Bidang semantik memahami jaringan konseptual yang terbentuk oleh kata-kata yang berhubungan erat sebab tidak mungkin kosakata akan berdiri sendiri tanpa adanya kaitan dengan kosakata lain.Al-Qur’an sering menggunakan kata yang hampir memiliki kesamaan,namun memiliki arti yang berbeda.
Semantik merupakan istilah teknik yang menunjuk pada studi tentang makna. Semantik berarti teori makna atau teori arti yakni cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna.Semantik terdiri dari dua komponen yaitu komponen yang mengartikan yang berbentuk bunyi-bunyi bahasa dan komponen yang.Kedua komponen ini merupakan tanda atau lambang sedangkan yang ditandai atau dilambangkan adalah suatu yang berada di luar bahasa yang biasa.
Maksud dari pendekatan semantik diatas adalah kajian yang menekankan pada aspek bahasa.Maka studi Islam dengan menggunakan pendekatan semantik sama artinya dengan studi tentang Islam dengan menekankan pada unsur bahasa yang dalam bahasa Arab sering disebut dengan lughawi.Pendekatan ini sudah demikian popular dalam kajian tafsir dan fiqh.
Dalam penelitian hukum Islam dengan pendekatan semantik ada dua pendekatan yang umum digunakan yakni sisi bahasa,sisi illat dan hikmah (analogi dan hikmah).Maka yang dimaksud semantik adalah sisi bahasa yang cakupan bahasanya demikian luas antara lain sisi struktur / gramatikal,tunjukannya dan (3) maknawi.
Semantik dalam studi Islam digunakan untuk mengetahui makna sebuah kata atau kalimat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits atau lainnya.Hal ini sangat penting mengingat satu pendekatan dapat dimengerti apabila diketahui artinya dengan benar.
Dengan demikian,konsep atau pengertian dari kosakata itu menjadi jelas atau memperjelas makna kata yang kabur. Menurut Az-Zarkasyi,pendekatan ini sama saja dengan memperjelas sesuatu yang global sehingga menentukan kemungkinan makna lain selain yang dikehendaki,mengkhususkan yang umum atau mengikat yang mutlak contohnya arti kata kufur adalah tutup,penutup,berkaitan dengan memberi dan menerima keuntungan, alu bermakna “mengabaikan dengan sengaja kenikmatan yang diperoleh” yang akhirnya bermakna “tidak berterima kasih”.
Berikut adalah contoh penerapkan teori semantik pada salah satu kata kunci dalam Al-Qur’an yaitu kata nisaa sebagai objek terapan dari pendekatan semantik.Kata nisaa mempunyai nama lain di Al Qur’an dalam berbagai bentuk diantaranya niswah,nisaa ukum,nisaa ikum,nisaa uhum,nisaa ihim,nisaa ihinna dan nisaa ana terulang sebanyak 56 kali dalam Al-Qur’an namun kesemuanya mewakili objek perempuan meski disebutkan dalam konteks yang berbeda-beda, seperti:
1. Tentang wanita haidh dan keadaannya
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh.Katakanlah:"Haidh itu adalah suatu kotoran".Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh dan janganlah kamu mendekati mereka,sebelum mereka suci.Apabila mereka telah suci,maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.(QS. Al-Baqarah:222)
2. Tentang wanita sebagai perhiasan
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”(QS. Ali-Imran:14)
3. Perempuan sebagai bagian dari proses regenerasi
Hai sekalian manusia,bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri,dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.(QS. An-Nisaa:1)
4. Tentang hak perempuan dalam pewarisan
Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.(QS. An-Nisaa:7)
5. Perempuan dalam berkarir atau berkarya
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.(QS. An-Nisaa:32)
6. Tentang posisi dalam bidang keluarga
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta'at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.(QS. An-Nisaa: 34)
Dilihat dari komponennya nisaa berarti perempuan,secara umum tanpa peduli dia kaya atau miskin,cantik atau tidak,baik beriman maupun kafir.Nisaa yang memiliki makna dasar perempuan secara umum tersebut jika diterapkan pada sebuah ayat akan menampakkan beberapa fungsi darinya, sebagaimana makna relasional. Seperti jika dilihat kombinasi pada ayat-ayat di atas, akan menunjukkan adakalanya nisaa menunjukkan pada sosok makhluk yang memiliki potensi nafsu. Atau ada kalanya dia adalah makhluk sebagai oposisi biner dari kaum laki-laki yang memiliki fungsi yang sama penting dalam proses regenerasi.
Dari analisa semantik pada ayat-ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kata nisaa menunjukkan objek perempuan secara umum dengan segala peran dan kedudukannya antara lain:
1. Dalam ranah sosial yaitu perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk berkarir dan mendapatkan reward atas apa yang telah dikerjakan serta hak untuk mendapatkan harta pusaka.
2. Dalam aspek alamiah sebagai penyempurna laki-laki dalam melaksanakan peran reproduksi dan regenerasi.
3. Dalam ranah spiritual yaitu perempuan memiliki potensi untuk menjadi hamba yang unggul dengan sebuah ketaqwaan.
D. Pendekatan Filologi
Filologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu kata philos yang berarti cinta dan logos yang berarti pembicaraan,kata atau ilmu.Pada kata filologi kedua kata itu secara harfiyah membentuk arti cinta kata-kata atau senang bertutur yang kemudian berkembang menjadi senang belajar,senang kepada ilmu,senang kebudayaan sehingga dalam perkembangannya sekarang filologi identik dengan senang kepada tulisan-tulisan yang bernilai tinggi’.
Filologi adalah pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti luas yang mencakup sastra bahasa dan kebudayaan.Maka filologi berguna untuk meneliti bahasa,meneliti kajian linguistik,makna kata-kata dan penilaian terhadap ungkapan karya sastra. Dalam lingkup kajian linguistik filologi sering dirujuk sebagai ilmu untuk memahami teks dan bahasa kuno.Atas dasar anggapan lingusitik itulah dalam tradisi akademik istilah filologi dijelaskan sebagai kajian terhadap sebuah bahasa tertentu bersamaan dengan aspek kesusasteraan dan konteks historis serta aspek kulturalnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam memahami agama banyak sekali cara yang dapat digunakan, yang kesemuanya mengarah pada sudut yang berbeda-beda, ada yang mengarah melalui sejarah, adat istiadat, maupun praktik yang dilakukan suatu agama.
Daftar Pustaka
Mudzar Athok, Pendekatan studi islam dalam teori dan praktek, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002.
Taufik Ahmad, Metodologi studi islam suatu tinjauan perkembangan islam menuju tradisi islam baru, Malang, Bayu media publising,2004






0 komentar:
Posting Komentar